Motivasi


Menumbuhkan Kreativitas Berpikir
(Friday, 29 October 2004) - , ditulis oleh Administrator - Terakhir diperbaharui (Friday, 29 October 2004)
SEBUAH UPAYA MEMANFAATKAN FUNGSI OTAK
_Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal_.
(Ali Imran: 190)

Kata Al Albab_ adalah bentuk jamak dari _lubb_ yaitu saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi
isinya. Isi kacang dinamai _lub_. Ulul Albab adalah orang yang mempunyai akal yang murni.

Ayat ini menunjukkan pentingnya akal bagi kehidupan manusia. Salah satu hal yang mempengaruhi akal adalah otak.
Apabila otak difungsikan secara optimal maka akal pun akan berfungsi optimal.
Menurut ahli neurologi otak manusia terbagi menjadi dua, yaitu otak kiri dan otak kanan yang memiliki fungsi yang
berbeda.

Secara garis besar, otak kanan dan otak kiri mempunyai kemampuan sebagai berikut:

Otak kanan
Mendengar musik, memanfaatkan paduan warna menarik, ciptakan aneka symbol baru, belajar kelompok, teka-teki,
humor, lelucon dan krea-tifitas.

Otak kiri
Membaca, berhitung, membuat rangkuman, mengerjakan PR, menganalisa, membuat penalaran dan menghafal.

Teori pendidikan terbaru mengatakan otak akan bekerja optimal apabila kedua belahan otak ini dipergunakan secara
bersama-sama; otak kanan, yang memiliki spesifikasi berpikir dan mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan
musik. Sementara otak kiri berfungsi meng-olah otak seputar sains, bisnis dan pendidikan. Penggunaan otak kiri, merupakan
spesifikasi cara berfikir yang logis, sekuensial, linear dan rasional. Cirinya ia sangat teratur, sangat tepat untuk
meikirkan keteratutan dalam ber-ekspresi secara verbal, tulisan, membaca, penempatan data dan fakta.

Sementara cara berfikir anak yang hanya menggunakan otak belahan kanannya adalah sifatnya acak, tidak teratur,
intuitif dan holistik, ia mewakili cara berfikir non verbal, seperti perasaann dan emosi, kesadaran spasial, penggunaan
ben-tuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.

Jika anak belajar dengan hanya memanfaatkan otak kiri, sementara otak kanannya tidak diaktifkan, maka mudah timbul
perasaan jenuh, bosan dan mengantuk. Begitu juga mereka yang hanya memanfaatkan otak ka-nan tanpa diimbangi
dengan pemanpaatan otak kiri, bisa jadi ia akan banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar tetapi hanya sedikit
ilmu yang bisa masuk ke otaknya. Maka mengembangkan pemanpaatan otak kiri dan otak kanan menjadi penting dalam
penciptaan suasana belajar. Caranya dengan memperbanyak paduan antara spesipikasi fungsi otak kanan dan otak kiri.
Misalnya mengerjakan pekerjaan rumah dengan menciptakan aneka gambar yang memiliki arti khusus ketika menghapal
pelajaran atau menggunakan sistem diskusi dalam proses pembelajaran.

Belajar kelompok bersama teman, dapat pula menjadi alternatif. Demikian juga dengan menggunakan sistem membaca
cepat, sistem hapalan, meng-gunakan lagu, permainan dan sebagainya merupakan alternatif untuk mengktifkan otak
kanan dan otak kiri. Kelemahan sebagian sistem pembelajaran selama ini adalah kurangnya memberikan kesempatan
berkembang pada kedua belahan otak secara maksimal. Otak kanan dibiarkan menganggur sehingga in-telektual anak
berkembang kurang _seimbang_. Anak hanya pandai berfikir dan menilai, tepi kurang intuitif apalagi kreatif.

Rasulallah Shalallahu Alaihi Wa sallam adalah contoh terbaik dalam proses pen-cerdasan anak didik dengan menyeimbangkan
otak kanan dan otak kiri.

Ketika beliau akan mengutus Sahabat muda, Muadz Bin Jabal ke Yaman, beliau mengajukan pertanyaan dan bukannya
memberi penjelasan :
Dengan Apakah engkau me-mutuskan suatu perkara ?
_Dengan kitabullah, _ Jawab Muadz.
_ Jika tidak Ada ?
_ Dengan Sunnah Rasulallah _
_ Jika belum ada ?
_Kami akan berijtihad_, Jawab Muadz. (HR. Abu Daud)

Pertanyaan di atas membuat Muadz Bin Jabal menjadi aktif berfikir dan sekaligus melatih artikulasi psi-kologinya ke
dalam tatanan logika dan verbal (kata-kata)

Uqbah bin Amr berkata, _Pada suatu hari Rasulallah keluar rumah, sementara kami berada di Shuffah, beliau bersabda _
Siapa diantara kalian yang suka pergi ke lembah Batkhan atau Aqiq dan membawa pulang dua unta berpunggung besar
http://www.alazhar.syifabudi.net - Al-Azhar Syifa Budi Powered by Mambo Open Source Generated: 3 May, 2005, 12:34
tanpa harus berdosa dan memutus hubungan kekerabatan ? kami menjawab ,_Kami semua suka ya Rasulallah, Beliau
bersabda, _ mengapa kamu tidak pergi ke masjid belajar atau membaca dua ayat Allah yang itu jauh lebih baik dari pada
dua unta. Tiga ayat lebih baik daripada tiga unta, dan empat ayat lebih baik daripada empat unta

Pada hadits ini Rasulallah shallalhu alaihi wa Sallam mengajak para sahabat (Ahli Shufah) untuk tidak hanya berfikir
linear. Beliau mendekatkan kenyataan yang abstrak dalam bentuk nyata yang dapat dilihat dan diraba (konkrtit).

Pembelajaran Dengan Musik
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan irama. Denyut nadi dan degup jantung manusia pun memiliki irama
khusus. Belahan otak kanan menunjukan aktivitas kerja ketika di-perdengarkan musik. reaksi yang di-perlihatkan otak
tergantung dengan jenis musik yang mempengaruhinya.

Musik keras seperti rock memberikan pengaruh keras kepada orang yang menyanyikan maupun yang mendengarnya
oleh karena itu ketika Cate Steven yang semula pemusik rock berpindah agama menjadi muslim, berubah pula kepribadiannya
menjadi seorang Yusuf Islam yang lembut dan tenang.

Musik Pop dan dangdut yang diirngi lirik cinta penuh asmara cenderung menumbuhkan gairah cinta yang tidak terkontrol
bagi penggemarnya. Musik keroncong yang terkesan pasif membuat pendengarnya menjadi mengantuk pasif dan
bersikap _nrimo_.

Pengaruh Musik Bagi Jiwa Manusia

Dengan musik yang tepat :
" Denyut nadi dan tekanan darah menurun, Gelombang otak melambat, Otot-otot rilek

Tanpa Musik :
Denyut nadi dan tekanan darah meningkat, Gelombang otak semakin cepat, Otot-otot menegang


Mengingat adanya pengaruh musik yang baik bagi jiwa manusia Islam mem-perbolehkan musik dan nyanyian asal tidak
kotor, cabul dan berbuat mengajak maksiat. Bahkan disunahkan dalam situasi gembira guna melahirkan perasaan ria
dan menghibur hati, misalnya pada waktu hari raya, persepsi perkawinan, waktu kelahiran anak, aqiqah dan sebagainya.
Demikian menurut Yusuf Al Qaradlawi.

Hal ini berdasarkan beberapa hadits antara lain yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Aisyah r.a bahwa ketika dia
mengantar pengantin perempuan ke tempat llelaki Anshar, Nabi Saw bertanya, _Wahai Aisyah apakah mereka diirirngi
hiburan, karena orang Anshar suka hiburan.

Imaam Al Ghazaki berkata, _Semua hadit tentang bernyanyi itu terdapat dalam shahih bukhari dan muslim dan ini
merupakan nash yang jelas bahwa menyanyi dan bermain itu tidak haram.

Al Qadli Abu Bakar, Ibnu Arabi berkata, _Tidak ada satupun hadits yang shahih yang mengharamkan nyanyian. Ibnu
Hazm berkata, _Semua riwayat yang mengharamkan nyanyian adalah bathil dan maudlu (palsu)_..

Sebagian ulama mengatakan bahwa nyanyian itu termasuk Lahwal Hadits (perkataan yang tidak berguna) yang disebut
dalam firman Allah (QS. Luqman:06).

Mengomentari pendapat ini Ibnu Hazm berkata, _Ayat tersebut menyebutkan suatu sifat yang apabila dilakukan
menyebabkan pelakunya menjadi kafir dengan tidak diperselisihkan lagi, yaitu apabila dia menjadikan jalan Allah
sebagai olok-olokan. Kalau seseorang membeli mushaf Al Quran untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah dan
menjadikannya olok-olokan, maka dia kafir. Hal demikian inilah yang dicela oleh Allah.

Tetapi Allah tidak mencela orang yang membeli lahwal hadits untuk hiburan dan mengembirakan hati kecuali jika di
pergunakan untuk menyesatkan manusia dari jalan _Allah Azza Wa Jalla_

(Sumber : www.myquran.com)
http://www.alazhar.syifabudi.net - Al-Azhar Syifa Budi Powered by Mambo Open Source Generated: 3 May, 2005, 12:34






Asep Gojwan

Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi, dalam realisasinya di lapangan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, baik dalam proses maupun hasil pembelajaran siswa. Ada beberapa hal yang menjadi kendala, di antaranya: (1) rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI; (2) materi pembelajaran PAI masih berorientasi pada kemampuan kognitif dan kurang dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik); (3) terbatasnya sikap dan pemahaman guru agama dalam pengembangan pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centered), sehingga pembelajaran masih berjalan secara konvensional; dan (4) terbatasnya sarana dan prasarana penunjang belajar. Oleh karena itu perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, kreatif, demokratis, kolaboratif dan konstruktif, salah satunya dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil, mempelajari materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif. Model pembelajaran ini menganut prinsip saling ketergantungan, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses secara kelompok.
Dengan menggunakan metode Research and Development di kelas 2 pada 3 SLTP di Kabupaten Bandung, pengembangan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Pendididikan Agama Islam memfokuskan pada masalah pengembangan model dengan menggunakan 5 domain bidang teknologi pembelajaran yang mencakup desain, pengembangan, penggunaan, manajemen, dan evaluasi untuk melihat keberhasilan penerapan model dan meningkatkan kemampuan siswa dalam proses dan hasil belajar baik secara individual maupun kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif, menunjukkan hasil belajar yang signifikan, dimana rata-rata prestasi belajar sesudah penerapan pembelajaran kooperatif lebih besar dari nilai sebelumnya. Hal ini didukung pula oleh peningkatan aktivitas dalam proses pembelajaran, siswa lebih bermotivasi dan memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat, pertanyaan dan koreksi, tumbuhnya sikap kritis, kolaboratif, demokratis dan inovatif dalam menyikapi persoalan yang dihadapi pada saat pembelajaran. Di lain pihak, kreativitas dan performansi guru menunjukkan perbaikan yang berarti baik dalam menyusun perencanaan, penggunaan teknologi pembelajaran, pelaksanaan maupun pengembangan sistem evaluasi yang dilakukan. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan yang cocok untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLTP.

Fahrul Razi

Kontribusi Faktor-faktor Internal erhadap Keberhasilan Belajar Pada Mata Kuliah Materi Pendidikan Agama Islam
(Studi Deskriptif Analitik pada Mahasiswa STAIN Pontianak)
Salah satu mata kuliah yang berfungsi membentuk sikap professional guru Pendidikan Agama Islam adalah mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam. Secara teoretis, keberhasilan mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran mata kuliah ini ikut ditentukan oleh karakteristik mahasiswa itu sendiri, di antaranya berupa gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar serta aktivitas yang mereka lakukan dalam merespon strategi pembelajaran yang digunakan dosen dalam perkuliahan. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menemukan besarnya konstribusi gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar serta kualitas pembelajaran terhadap keberhasilan belajar mahasiswa pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam di STAIN Pontianak.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk expost facto. Untuk menjaring data yang diperlukan sesuai dengan variabel penelitian, digunakan instrument penelitian berupa: GEFT (Group Embedded Figures Test) untuk mengukur gaya belajar field dependent-field independent, SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) untuk mengukur sikap dan kebiasaan belajar, serta kuesioner berbentuk skala sikap untuk mengukur aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam. Temuan penelitian ini adalah bahwa aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam ikut ditentukan secara langsung oleh faktor gaya belajar (field dependent-field independent) sebesar 25,1% dan faktor sikap dan kebiasaan belajar sebesar 58%. Sedangkan keberhasilan belajar (prestasi akademik) mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam ikut ditentukan oleh gaya belajar (field dependent-field independent) sebesar 27,9%, sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa tidak memberikan pengaruh langsung terhadap keberhasilan belajar mahasiswa dalam mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam. Pengaruh tak langsung sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa melalui variabel aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung terhadap keberhasilan belajar (prestasi akademik) mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam adalah signifikan sebesar 19%. Kadar aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung juga ikut mempengaruhi secara langsung keberhasilan belajar mahasiswa sebesar 32,8%.
Kepada dosen pengampu mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam direkomendasikan antara lain agar memperhatikan karakteristik mahasiswa berupa gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar dalam pelaksanaan proses perkuliahan. Beberapa hal yang terkait dengan pengembangan penelitian ini disarankan kepada penelitian yang lain.

Husnary

Kualitas Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Kota Tanjung pinang-Provinsi Kepulauan Riau
(Studi Korelasional Antara Kemampuan Kepala Sekolah dan Partisipasi Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Dengan Kualitas Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar)
Proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Rendahnya mutu pendidikan merupakan akibat dari rendahnya kualitas proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Kualitas pembelajaran di sekolah dipengaruhi pula oleh faktor input diantaranya adalah kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum memiliki peranan yang penting terhadap kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya akan berperan terhadap mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis kontribusi kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum terhadap kualitas proses belajar mengajar di sekolah dasar yang dilaksanakan di Kota Tanjung Pinang-Provinsi Kepulauan Riau.
Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Data penelitian tentang kemampuan kepala sekolah, partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum dan Kualitas proses belajar mengajar di sekolah dasar dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner terhadap 56 responden sebagai sampel penelitian yang dipilih secara proporsional random sampling dari 62 orang kepala sekolah sebagai populasi. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui tiga tahapan proses yaitu: (1)Mendeskripsikan data variabel penelitian; (2)Menguji persyaratan analisis; (3)Menguji hipotesis untuk mengungkapkan hubungan antar variabel penelitian menggunakan teknik analisis korelasi.
Berdasarkan hasil analisis data dan proses pengujian hipotesis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1)Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum dengan kualitas proses belajar mengajar ( r = 0,451), dengan koefisien determinasi 0,204 menunjukkan bahwa 20,4% variabel kualitas proses belajar mengajar dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum; (2)Terdapat hubungan yang signifikan antara partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum dengan kualitas proses belajar mengajar ( r = 0,502), dengan koefisien determinasi sebesar 0,252 menunjukkan bahwa 25,2% variabel kualitas proses belajar mengajar dipengaruhi oleh partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum; (3)Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum secara bersama-sama dengan kualitas proses belajar mengajar ( r = 0,557). Dengan koefisien determinasi sebesar 0,310 menunjukkan bahwa 31,0% variabel kualitas proses belajar mengajar dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pemngembangan kurikulum.
Atas dasar hasil penelitian tersebut, dapat dinyatakan bahwa peningkatan kualitas proses belajar mengajar dapat dilakukan melalui upaya peningkatan kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kaitannya dengan hasil penelitian adalah upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas proses belajar mengajar serta peningkatan kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum sekolah.

M. Siddik S.

Pelaksanaan KKG dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar
(Studi Kualititatif pada Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupeten Indragiri Hilir Riau)
Tesis dengan judul "Pelaksanaan KKG dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar (Studi Kualititatif pada Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupeten Indragiri Hilir Riau)" ini dilatarbelakangi oleh pemikiran tentang pentingnya peningkatan kemampuan kompetensi guru khususnya guru Sekolah Dasar melalui wadah Gugus Sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis pelaksanaan KKG sebagai wadah pembinaan kemampuan professional guru yang paling mendasar dan tentunya percepatan dalam menggulirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai ke Sekolah Dasar dimanapun adanya akan cepat terealisasikan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan "naturalistik fenomologis" yang diadopsi dari Bogdan dan Biklen (1982). Pendekatan seperti ini secara operasional menempatkan peneliti sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data. Data dikumpulkan dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dipaparkan dalam bentuk kata-kata dan dianalisis memlaui analisis induktif dengan mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.
Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan apa adanya mengenai pelaksanaan KKG dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru Sekolah Dasar. Kegiatan KKG ini diawali dengan adanya komitmen "ingin maju bersama" dari seluruh sekolah yang ada dalam Gugus Sekolah Dasar dengan semboyan "Dari guru, untuk guru dan untuk Siswa". Komitmen tersebut pada prinsipnya tidak bertentangan, dan bahkan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional dan Kepmendiknas Nomor: 0487/U/1982 tentang Sekolah Dasar, serta Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor: 079/C/Kep/I/1993 tentang Sistem Pembinaan Profesional.
Hasil penelitian ini akan mengungkapkan tentang : (1) Program pelaksanaan kegiatan KKG dalam meningkatkan kemampuan profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling yang selama ini dilakukan; (2) Dukungan sarana dan prasarana terhadap peningkatan kemampuan profesional guru di PKG Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling; (3) Upaya pembina KKG dalam meningkatkan kemampuan profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling; (4) Faktor-faktor yang menghambat dan yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling.

Nandi Warnandi

Implementasi Kurikulum Bahasa Indonesia Pada Sekolah Luar Biasa Melalui Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Judul thesis ini adalah "Implementasi Kurikulum Bahasa Indonesia Pada Sekolah Luar Biasa Melalui Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia". Thesis ini merupakan suatu penelitian tindakan yang dilakukan pada SLB bagian E Handayani Jakarta.
Masalah pokok penelitian ini adalah implementasi kurikulum bahasa Indonesia di SLB bagian E. Rumusan masalahnya adalah: Upaya-upaya implementasi kurikulum bahasa Indonesia melalui pendekatan komunikatif bagaimanakah yang sesuai bagi anak tunalaras pada SLTPLB bagian E ?; Desain pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendekatan komunikatif bagaimanakah yang sesuai dengan siswa SLTPLB bagian E ? Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendekatan komunikatif yang tepat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak tunalaras ? Cara evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendekatan komunikatif yang tepat dikembangkan di SLTPLB bagian E ?
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendiagnosis masalah-masalah yang dihadapi dalam implementasi kurikulum bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif. Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa bagi anak tunalaras yang dirancang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan; Memperbaiki desain pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai untuk kelas I SLTPLB bagian E. Memperbaiki prosedur pembelajaran bahasa Indonesia yang meliputi; aktivitas guru, aktivitas siswa, penggunaan media, hasil evaluasi, dan hambatan yang dialami. Memperbaiki cara evaluasi yang sesuai dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendekatan komunikatif.
Metode penelitian yang digunakan lebih menekankan pada kajian pembelajaran yang benar-benar nyata di lapangan. Berdasarkan kebutuhan penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas, yaitu suatu metode yang mengarahkan peneliti, guru, dan pengamat memperoleh temuan-temuan dan menggunakannya sebagai sasaran tindakan perbaikan sehingga dirasakan situasinya relatif memuaskan.
Tahap peleksanaan penelitian ini adalah; (1) Prasurvei untuk mengetahui kondisi awal sasaran penelitian, (2) Membuat draft pengembangan, (3) Diimplementasikan, (4) Dievaluasi untuk kembali dirumuskan hasil perbaikannya. Kegiatan ini dilakukan sebanyak empat siklus putaran.
Penelitian ini berhasil menemukan efektivitas perencanaan pembelajaran pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia, meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, meningkatkan motivasi dan kegairahan belajar, dan meningkatkan wawasan serta kegairahan guru dalam pembelajaran.
Thesis ini merekomendasikan secara konseptual dan praktis implementasi kurikulum bahasa Indonesia pada sekolah luar biasa melalui pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pendekatan pembelajaran yang relevan dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa bagi anak tunalaras di SLTPLB bagian E Handayani Jakarta.

Rumli

Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal SD di Pemerintahan Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
Peningkatan relevansi pendidikan merupakan salah satu dari empat strategi pokok pengembangunan pendidikan nasional. Pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan relevansi pendidikan, antara lain melalui pengembangan kurikulum muatan lokal, namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempurnakan. Untuk kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan menyempurnakan kurikulumnya, menambah fasilitas dan sumber belajar, maupun meningkatkan kemampuan guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk diajarkan di sekolah dasar dari kelas IV sampai dengan kelas VI, sesuai dengan aspek proses pengembangan kurikulum. Pengambilan tema di atas berangkat dari suatu pemikiran bahwa kualitas kurikulum muatan lokal sekolah dasar sangat rendah bila dibandingkan dengan kurikulum pelajaran lainnya. Kenyataan tersebut apabila terus dibiarkan akan berdampak negatif bagi nilai-nilai budaya daerah serta bagi kualitas pendidikan di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) dan prosedur/langkah-langkah yang diambil terbagi dalam 3 tahap yaitu (1) Studi Pendahuluan, (2) Perencanaan Model, dan (3) Uji Coba dan Perbaikan.
Hasil penelitian melahirkan beberapa kesimpulan. Pertama, Kurikulum muatan lokal yang ada masih belum maksimal, input penyusunannya belum memperhatikan konsep pengembangan kurikulum, proses penyusunannya belum terencana, dan produknya belum mewakili dari seluruh budaya dan kebutuhan daerah. Kedua, kurikulum muatan lokal pada SD Negeri Tanjungpinang perlu dilakukan pengembngan model desain kurikulumnya didasarkan pada ide atau pemikiran yang dilandasi konsep pengembangan kurikulum muatan lokal yang berdasarkan perkembangan kurikulum, mengacu pada proses yang benar dan produk kurikulum mudah untuk dilaksanakan. Ketiga, Efektivitas dan efisiensi pengembangan model kurikulum mampu menempatkan guru sebagai fasilitator, motivator, mediator dan evaluator bagi siswa dalam proses pembelajaran dalam upaya mengembangkan keterampilan sosialnya. Keempat, Implementasi kurikulum muatan lokal di sekolah membutuhkan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien dan didukung oleh sumber daya berkualitas, sehingga tujuan yang inginkan dapat dicapai. Kelima, Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal budaya daerah, cukup signifikan artinya dapat meningkatkan pemahaman dibandingkan sebelum adanya pengembangan model. Adanya peningkatan proses pembelajaran baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pengembangan model kurikulum muatan lokal mutlak dibutuhkan. Pengembangan tersebut perlu dilakukan secara sistematis dan terpadu, dilaksanakan oleh tim yang proporsional dan profesional dalam bidang kurikulum. Selanjutnya dalam pelaksanaan kurikulum harus efektif dan efisien, sehingga menghasilkan pengetahuan yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan.

Tintin Heryatin

Pengembangan Model Pembelajaran Quantum Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk model pembelajaran quantum dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Hal ini terkait erat dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di sekolah, karena pengembagan model pembelajaran merupakan salah satu upaya pelaksanaan kurikulum di sekolah. Secara spesifik tujuan penelitian ini diarahkan untuk memperoleh desain pembelajaran Bahasa Inggris yang menyenangkan dan efektif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Pendekatan yang dugunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development dengan lokasi penelitian di Provinsi Banten. Subjek penelitian guru-guru Bahasa Inggris kelas II SMU Negeri di tiga kota atau kabupaten. Pengumpulan data dilakukan dengan: studi dokumentasi, observasi, wawancara dan angket. Penilaian terhadap proses dan hasil belajar dilakukan dengan Authentic Assessment terhadap hasil kerja siswa selama uji coba berlangsung, baik produk lisan maupun tulisan.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan studi pendahuluan dan studi kelayakan terbatas terhadap rancangan sementara model. Kemudian dilanjutkan dengan pra survey dan uji coba model terbatas dan diperluas. Sebelum dan selama uji coba, dilakukan diskusi atau umpan balik dengan guru sebagai partner pengembangan model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran quantum pada mata pelajaran Bahasa Inggris yang dirancang peneliti dan guru dapat dilaksanakan dengan baik.
Desain akhir model perencanaan pembelajaran quantum yang dihasilkan terdiri dari: konten ( tujuan, materi ), konteks ( suasana, lingkungan, media), strategi dan evaluasi pembelajaran. Kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan model ini adalah dalam membuat perencanaan model dan dalam melaksanakan Authentic Assesment selama pembelajaran berlangsung.
Pada dasarnya model pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Bahasa Inggris di kelas 2 SMU, dengan hasil belajar rata-rata memuaskan. Selain itu diperoleh suatu hasil yang tidak terduga dalam penelitian ini yaitu tumbuhnya keberanian siswa untuk melakukan semua aktifitas berbahasa Inggris. Pelaksanaan model quantum dapat mendorong perkembangan psikologis siswa untuk lebih percaya diri dan menghargai setiap keberhasilan sekecil apapun.

Zulkifli

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penerapan Matematika Siswa Sekolah Dasar
(Studi Implementasi Pembelajaran Kontekstual pada Kelas IV SD Babussalam Pekanbaru)
Penelitian tentang pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penerapan matematika siswa SD dilatar belakangi oleh rendahnya kualitas proses dan hasil belajar matematika siswa SD. Rendahnya hasil belajar tersebut kemungkinan diakibatkan karena kurangnya kemampuan penguasaan konsep matematika di Sekolah Dasar. Guru dalam pembelajaran matematika masih terlalu mekanistik dan strukturalistik, serta kurang memberikan keterkaitan antara materi pelajaran matematika dengan lingkungan kehidupan siswa, sehingga siswa kurang mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan matematika yang dimilikinya dengan kehidupan sehari-hari. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dan kemampuan pemahaman dan penerapan matematika pada siswa SD. Disamping itu pula untuk mengetahui pandangan guru terhadap pelatihan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual serta hambatan yang dihadapi guru dalam implementasi pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual.
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen tanpa kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran mengalami peningkatan. Perbandingan hasil belajar siswa antara skor pretes dan postes cukup signifikan.
Selanjutnya dilihat dari pandangan guru terhadap pelatihan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual cukup positif. Guru pada umumnya setuju terhadap seluruh pertanyaan yang diajukan. Kemudian ditinjau dari hasil wawancara, guru menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah sangat baik, karena dengan pendekatan kontekstual ini siswa termotivasi untuk belajar sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran. Hambatan yang ditemukan guru dilapangan diantaranya kesulitan dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan lingkungan kehidupan nyata anak.

Atiyah S

Pengembangan Model Pembelajaran Akselerasi Pada Mata Pelajaran Matematika SMU Untuk Menangani Perbedaan Individual Siswa
Judul tesis ini adalah "Pengembangan Model Pembelajaran Akselerasi Pada Mata Pelajaran Matematika SMU Untuk Menangani Perbedaan Individual Siswa" . Penelitian ini dilatar belakangi oleh suatu pemikiran tentang pembaharuan model pembelajaran yang dapat mengoptimalisasikan kemampuan siswa yang beragam dan berbeda satu dengan yang lainnya. Berbeda dari segi kemampuan, minat, gaya belajar dll. Perbedaan individual siswa dalam setiap kelas pasti ada, untuk meminimalkan perbedaan tersebut dan mengoptimalkan kemampuan siswa tentunya dibutuhkan model pembelajaran yang dapat menangani hal tersebut. Salah satu cara untuk mengtasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan model pembelajaran akselerasi dengan menggunakan media prosesnya modul sebagai lembaran kerja siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pembelajaran akselerasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika di SMU, beserta dampak terhadap perbedaan individual siswa dan hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti model pembelajaran akselerasi. Penelitian ini bersifat pengembangan dengan menggunakan pendekatan research and development (penelitian dan pengembangan). Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen, angket, wawancara, observasi dan tes. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif pada metoda eksperimen dengan desain counter balanced, dimana model pembelajaran akselerasi dibandingkan dengan model lain pada uji coba lebih luas, sehingga ditemukan model pembelajaran mana yang cocok dalam pembelajaran matematika, yang dapat menangani perbedaan individual siswa.
Hasil penelitian menunjukkan pada uji coba terbatas 1 belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yang diperbaiki pada uji coba terbatas 2. Perbaikannya dalah pada proses di setiap tahapan, terutama pada tahap orientasi dan perbaikan modul. Selanjutnya pada uji coba lebih luas atau uji coba utama, model pembelajaran akselerasi dibandingkan dengan model pembelajaan ekspositori. Setelah dilakukan enam kali uji coba dengan dua model tersebut, telah nampak bahwa model yang dapat menangani perbedaan indidividual siswa adalah model pembelajaran akselerasi. Hal tersebut dapat dilihat dari pengelompokan yang terjadi dari proses pembelajaran akselerasi, yakni siswa terbagi menjadi tiga, yaitu kelompok akselerasi, kelompok normal, dan kelompok remedial. Adapun jika dilihat dari hasil belajar, dapat dilihat dari hasil pos tes bahwa rata-rata nilai hasil pos tes model pembelajaran akselerasi lebih baik dari model pembelajaran ekspositori, meskipun perbedaan tidak terlampau jauh. Dan dari pendapat siswa dan guru, model pembelajaran akselerasi lebih memungkinkan untuk mengatasi perbedaan individual siswa.
Pengembangan model pembelajaran akselerasi pada mata pelajaran matematika di SMU terbukti dapat menangani perbedaan individual siswa, baik dalam kecepatan belajar maupun kemampuan matematika siswa.

Salamah

Pengembangan Model Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam untuk Meningkatkan Akhlak Siswa SMU di Banjarmasin
Penelitian ini berangkat dari pemikiran akan perlunya pembelajaran PAI yang berkualitas dan dapat membentuk siswa yang berakhlak mulia, terutama pada tingkat SMU. Hal tersebut didasarkan atas analisa terhadap pelaksanaan PAI di sekolah yang cenderung hanya memperhatikan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan konatif volutif, yaitu kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama shingga dapat membentuk siswa yang berkhlak mulia.
Berdasarkan pemikiran tersebut, dirumuskan permasalahan utama penelitian ini yaitu: Bagaimana Model Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan yang dapat Meningkatkan Akhlak Siswa di SMU. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran bidang studi PAI yang dapat meningkatkan akhlak siswa SMU. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development, dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) Banjarmasin.
Langkah-langkah pengembangan model dalam penelitian ini meliputi: Studi pendahuluan dan kajian literatur, Penyusunan draf model, Implementasi dan Evaluasi model. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian literatur, penelitian ini mengembangkan model pembelajaran terpadu pada bidang studi Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa SMU. Pembelajaran terpadu yang dikembangkan dalam ppenelitian ini adalah model nested, yakni setiap tema yang ditetapkan disajikan secara terpadu dengan unsur akidah,, akhlak, fiqih, dan tarikh dengan pendekatan pembelajaran siswa aktif.
Prosedur pelaksanaan model pembelajaran ini meliputi penyusunan desain, yang meliputi perumusan tujuan, penetapan tema/materi, penetapan prosedur serta evaluasi pembelajaran. Sedangkan pada tahap implementasi meliputi tahap orientasi, eksplorasi, klarifikasi dan kesimpulan. Pada tahap orientasi guru menginformasikan tujuan dan raung lingkup tema secara garis besar, pada tahap eksplorasi kegiatan siswa dalam kelompok diskusi berusaha menggali, menemukan pemecahan masalah serta mengembangkan akhlak mulia. Selanjutnya pada tahap klarifikasi guru menjelaskan hal-hal yang penting dari tema yang dibahas, kemudian pada tahap kesimpulan guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembahasan terhadap tema. Tahap evaluasi meliputi evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses. Evaluasi hasil belajar dilakukan dengan teknik tes dan non tes, sedangkan evaluasi proses dilakukan dengan teknik observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran terpadu, dengan pendekatan siswa aktif dapat meningkatkan peran serta aktif siswa dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi PAI dengan lebih mendalam dan utuh. Model pembelajaran terpadu pada bidang studi PAI juga dapat meningkatkan akhlak siswa SMU di Banjarmasin, terutama dilihat dari sudut dari tingkat disiplin dan perhatian siswa dalam belajar, tanggung jawab terhadap tugas, toleran dalam perbedaan pendapat, sopan santun dalam menyampaikan pendapat, tolong menolong dan bekerja sama.
Dengan demikian akhirnya disarankan kepada sekolah untuk melaksanakan model pembelajaran terpadu pada bidang studi PAI serta melengkapi pasilitas seperti buku-buku agama Islam yang dapat mendukung model ini.

Yunus W

Relevansi Kurikulum Program Studi Ilmu Perpustakaan dengan Kemampuan Tenaga Pengelola Informasi pada Lembaga Perpustakaan
Tesis ini berjudul, "Relevansi Kurikulum Program Studi Ilmu Perpus-takaan Dengan Kemampuan Tenaga Pengelola Informasi Pada Lembaga Perpustakaan", dilandasai adanya sebuah pemikiran bahwa kebutuhan akan tenaga profesional di bidang pengelolaan sumber informasi semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, namun didisis lain nampak masihterlihat adanya kesenjangan antara kemampuan para lulusan program studi ilmu perpustakaan FIKOM UNPAD dengan tugas-tugas yang harus dijalankan di tempat kernya. Adapun mengenai kesenjangan ini dimungkinkan salah satunya oleh faktor kurikulum.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekaran kualitataif naturalistik, teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, angket pada saar pra riset dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian dilakukan di Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Pusat ITB, Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah (PDII) LIPI, serta pada program Studi Ilmu Perpustakaan FIKOM UNPAD.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendidikan S1 Ilmu Perpustakaan yang diselenggarakan Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran mempunyai beban studi antara 144-146 SKS yang dapat diselesaikan dalam waktu waktu VII semester. Jumlah mata kuliah kelompok mata kuliah keahlian (MKK) sebanyak 30 mata kuliah (70 SKS) atau sekitar 48.61% yang terdiri dari beberapa mata kuliah spesifik (khusus) terkait dengan masing-masing bidang pejerjaan yang ada di lembaga perpustakaan seperti bidang pengembangan koleksi (collection development), bidang pengolahan baghan pustaka (processing), bidang pemeliharaan bahan pustaka (preservation) serta bidang pelayanan perpustakaan (libratay services). Sedangkan kesimpulan mengenai khusus yang berkaitan dengan relevansi kurikulum program studi ilmu perpustakaan, dapat diketahui bahwa kemampuan para lulusan yang bekerja sebagai tenaga pengelola informasi di lembaga perpustakaan telah sesuai dengan tujuan pendidikan program studi ilmu perpustakaan FIKOM UNPAD yakni menghasilkan tenaga pengelola informasi yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mejalankan tugas profesinya sebagai tenaga pengeloola informasi; Mengenai bahan pengajaran atau materi kuliah dari kurikulum keolompok mata kuliah keahlian (MKK) pada umumnya telah mendukung tugas, wewenang dan kemampuan yang dibutuhkan tenaga pengelola informasi lulusan sarjana.

Heni Komalasari

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NON KONTEKSTUAL - KONTEKSTUAL DENGAN MATERI SENI TRADISI TOPENG CIREBON PADA SISWA KELAS 2 SLTP LABSCHOOL UNIT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Model pembelajaran nonkontekstual-kontekstual dengan materi seni topeng Cirebon, merupakan model yang dikembangkan oleh tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia yang bekerjasama dengan The Ford Foundation. Model ini merupakan tawaran bagi guru dari segi metodologi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan seni tari di kelas dengan pendekatan kreatif-apresiatif sebagai alternatif selain dari pembelajaran konservatif dengan pelaksanaan pembelajaran yang kurang memotivasi kreativitas serta daya apresiasi siswa. Adapun pemilihan topeng Cirebon, hanya sebagai contoh materi saja. Model ini dikemas dalam Paket Pembelajaran Topeng Cirebon yang telah disosialisasikan kepada guru-guru di wilayah Jawa Barat, melalui Seminar dan Pelatihan. Pelaksanaan model pembelajaran topeng Cirebon oleh guru di lapangan, yang menyangkut perencanaan pembelajaran, implementasi di kelas, hasil belajar siswa, serta evaluasi menjadi fokus dalam penelitian ini.
Kajian pustaka yang dijadikan landasan teoritis oleh peneliti merupakan sumber yang relevan dengan dengan objek yang diteliti. Kajian yang dijadikan landasan teori adalah mengenai kurikulum pendidikan seni, praktik pendidikan seni tari, serta yang mendukung penelitian yang akan peneliti lakukan.
Metode penelitian yang akan peneliti gunakan untuk mengkaji permasalahan, adalah metode yang digunakan dalam penelitian Classroom Action Research. Data diungkap melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan kegiatan observasi dan dokumentasi dari kegiatan belajar mengajar di kelas, serta didukung dengan hasil tes dan wawancara. Perbaikan praktek pembelajaran serta pencapai hasil yang maksimal melalui implementasi model pembelajaran topeng Cirebon merupakan tujuan dari penelitian ini.
Dari hasil analisis data-data hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru tari dari segi : 1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan strategi yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran, 2) Penguasaan terhadap materi pembelajaran, 3) Berupaya untuk mencapai hasil pembelajaran yang menyentuh serta mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan aspek nilai, 4) Menjadi motivator dan fasilitator dalam pembelajaran, 5) Memperhatikan ekspresi penampilan dalam mengajar secara keseluruhan. Analisis dari hasil belajar siswa menunjukan kemajuan, dari hasil pretest menunjukan hasil 51% dan hasil post-test 79%. Dukungan data hasil observasi dan wawancara menunjukan bahwa model pembelajaran topeng Cirebon dapat memberikan kontribusi untuk memperbaiki mutu hasil dari pendidikan seni tari. Model ini dapat diaplikasikan oleh guru sebagai alternatif bagi praktek pembelajaran seni tari di sekolah.

Lien Maulina Cartwright

KESESUAIAN DESAIN KURIKULUM DENGAN IMPLEMENTASINYA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA DI AKHIR PENDIDIKAN
(Suatu studi evaluatif tentang kurikulum Program Studi Manajemen Patiseri Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung)
Pemerintah Indonesia dalam Pelita VI telah menetapkan sektor pariwisata sebagai satu sektor andalan dalam meningkatkan devisa luar negeri dan penciptaan peluang kerja. Untuk itu pemerintah telah memproyeksikan bahwa pada tahun 2005 sektor pariwisata akan menjadi sumber penghasilan devisa utama. Dalam rangka merespon ketetapan pemerintah tersebut, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, melalui Deputy Urusan Pengembangan Sumber Daya Manusia telah menunjuk para unit pelaksana tugasnya untuk mempersiapkan tenaga kerja di bidang pariwisata yang berkualitas.
Tema sentral dari Kementrian dan Kebudayaan dan Pariwisata untuk para unit pelaksana tugasnya di tahun 2004 ini adalah peningkatan kualitas mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan, mengadakan evaluasi kurikulum agar sinkron dengan rencana pendidikan vokasi dan profesi serta untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan.
Sejalan dengan instruksi menteri dengan tema sentral tersebut, telah dibuat penelitian atau evaluasi kurikulum, pada salah satu unit pelaksana tugas, yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Jurusan Manajemen Perhotelan, Program Studi Manajemen Patiseri. Pada saat ini para unit pelaksana tugas Kementrian dan Kebudayaan dan Pariwisata tidak lagi dituntut untuk meningkatkan kuantitas lulusan karena kuantitas tenaga kerja telah disediakan oleh lembaga pendidikan lain yang serupa dan telah banyak jumlahnya.
Berkaitan dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka disusun perumusan masalah yang mempertanyakan hinggamana kesesuaian desain kurikulum dengan implementasinya serta bagaimana dampaknya terhadap kemampuan mahasiswa di akhir pendidikan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif dengan penajaman pada evaluatif dan dengan menggunakan cara kualitatif.
Hasil evaluasi melahirkan beberapa kesimpulan, yaitu : (1) Desain kurikulum tidak diimplementasikan sebagaimana yang tersurat dalam rencana kurikulum. (2) Desain kurikulum memberikan hubungan kontribusi yang kurang baik terhadap kemampuan mahasiswa di akhir pendidikan. (3) Implementasi kurikulum yang mana berbeda dengan yang tertera dalam desain kurikulum, memberikan dampak yang cukup baik terhadap kemampuan mahasiswa di akhir pendidikan. Prestasi cukup baik tersebut dinilai masih jauh dari harapan, yaitu menghasilkan tenaga unggulan dan berkualitas tinggi.
Di dalam penelitian ini dibahas secara terperinci mengenai rekomendasi bagaimana langkah praktis yang harus diambil Program Studi Manajemen Patiseri guna meningkatkan kualitas pendidikan mahasiswa, melengkapi silabus dan satuan acara perkuliahan, meremajakan dan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan yang telah ada, dengan melaksanakan evaluasi kurikulum yang sedang berjalan dan memperbaiki kelemahannya, meningkatkan kompetensi/kemampuan para widyaiswara/dosen baik tentang subtansi maupun teknis pembelajaran, selain itu meningkatkan kinerja dan disiplin widyaiswara/dosen dalam melaksanan proses belajar mengajar.

M. Syariful

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DASAR UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA
Dalam penelitian ini pola pengajaran yang dilakukan oleh guru pada Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) pada jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama lebih menekankan pada pemahaman dan keterampilan siswa tentang teknologi dasar dari pada menekankan kemampuan kognitif siswa. Kondisi ini berdampak negatif terhadap perkembangan pola fikir dan menghambat kreativitas anak dalam mengatasi masalah-masalah teknologi dasar. Pengenalan teknologi pada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada hakekatnya bertujuan bukan hanya sebatas siswa memahami, tetapi juga bagaimana siswa mampu memecahkan masalah teknologi secara logis.
Dengan menggunakan metode "Action Reseacrh" yang dilaksanakan di kelas 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Taruna Bhakti Bandung, peneliti berusaha untuk memperbaiki kegiatan proses belajar mengajar dalam mata pelajaran teknologi dasar. Penelitian ini lebih menekankan perbaikan implementasi model mengajar pemecahan masalah (problem solving) yang memfokuskan pada rancangan pembelajaran, implementasi model problem solving yang telah dirancang, implikasinya terhadap peningkatan kreativitas siswa dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya.
Dengan mempertimbangkan hasil studi pendahuluan (pra-survay) yang menghasilkan berbagai deskripsi karakteristik siswa, guru, materi dan fasilitas serta Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Teknologi Dasar yang dikembangkan oleh PPPG Teknologi Bandung, terlebih dahulu guru harus merancang pembelajaran yang di dalamnya meliputi rumusan tujuan, strategi pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam implentasinya guru menggunakan dengan tiga tahap, yaitu tahap konfrontasi, inkuiri, dan tahap tranfer. Pengukuran dampak pemecahan masalah terhadap kreativitas siswa digunakan test kreativitas Torrence yang meliputi empat unsur yaitu kelancaran, kelenturan, keaslian, dan kerincian.
Dari hasil observasi yang dilaksanakan secara terus menerus dan mendiskusikan evaluasi pelaksanaan dengan pihak guru, maka ditemukan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam implementasi pembelajaran pemecahan masalah, yaitu urgensinya pemahaman secara konseptual yang harus dimiliki oleh para guru tentang model pembelajaran pemecahan masalah, kurikulum mencakup rumusan tujuan pengajaran, struktur isi, perbaikan fasilitas, dan perubahan persepsi guru terhadap siswa dan siswa terhadap guru. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas dalam implementasi model pembelajaran pemecahan masalah pada Pendidikan Teknologi Dasar di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama akan berhasil dengan baik, jika dalam implementasinya memperhatikan hal-hal sebagaimana tersebut di atas. Hal ini sesuai dengan tujuan dari model pemecahan masalah yaitu, untuk menanamkan kepada siswa bagaimana cara berpikir sistematis dan logis dalam mengatasi suatu masalah-masalah yang dihadapi. Hal ini akan tumbuh jika terjadi pola pembelajaran yang interkatif yang lebih menekankan komunikasi banyak arah yang akan menempatkan siswa sebagai variabel.

Muthia Alinawati

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA LEMBARAN KERJA MAHASISWA
(Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Kuliah Dasar Keguruan di Universitas Pendidikan Indonesia)
Selain fenomena yang terkait dengan kurangnya motivasi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, ternyata dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan ada kecenderungan bahwa perkuliahan mata kuliah tersebut belum efektif dan perolehan hasil belajar yang dicapai mahasiswa belum memuaskan.
Ada tiga unsur penting yang berperanan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi, yaitu: kegiatan belajar mahasiswa, kegiatan mengajar dosen, dan sarana pendukung pembelajaran, antara lain media pembelajaran. Oleh karena itu upaya peningkatan efektivitas pembelajaran dan peningkatan hasil belajar mahasiswa harus terkait dengan ketiga unsur tersebut dan harus dikelola secara terintegratif. Salahsatu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan mengoptimalkan kegiatan belajar mandiri, antara lain dengan mempersiapkan media penunjang bagi terlaksananya kegiatan belajar mahasiswa dalam bentuk Lembaran Kerja Mahasiswa (LKM).
Rumusan masalah penelitian ini adalah: Pertama, faktor-faktor apa yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar dalam perkuliahan MKDK Kurikulum dan Pembelajaran?. Kedua, bagaimana cara yang dapat ditempuh untuk menanggulangi permasalahan dalam pembelajaran pada perkuliahan MKDK Kurikulum dan Pembelajaran?. Ketiga, apakah penggunaan media LKM meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada perkuliahan MKDK Kurikulum dan Pembelajaran di UPI?
Penelitian ini dilakukan pada Mata Kuliah MKDK Kurikulum dan Pembelajaran di Program Administrasi Perkantoran FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas sebanyak tiga siklus pembelajaran yang meliputi perencanaan, implementasi/ tindakan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, rendahnya mitivasi belajar mahasiswa merupakan salahsatu penyebab rendahnya hasil belajar mahasiswa pada MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. Kedua, pembelajaran yang bervariatif dan penggunaan media LKM adalah salahsatu alternatif pemecahan masalah tersebut. Ketiga, penggunaan media LKM memberikan pengaruh, khususnya terkait dengan penumbuhan motivasi dalam mengikuti perkuliahan dan peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang disampaikan.
Saran yang diajukan adala perkuliahan MKDK Kurikulum dan Pembelajaran perlu dirancang sesuai dengan kondisi setiap program studi, penggunaan model-model pembelajaran, dan sumber belajar yang bervariasi untuk menumbuhkan motivasi dan meningkatkan hasil belajar.

Ris R. Mulyana

PELAKSANAAN BELAJAR JARAK JAUH DI SMP TERBUKA
(Studi Kasus Implementasi Kurikulum SMP Terbuka di Plumbon Jawa Barat)
Dalam usaha peningkatan pemerataan memperoleh pendidikan, pemerintah telah melaksanakan berbagai inovasi dalam bidang pendidikan diantaranya dengan membuka SMP Terbuka. Sistem pendidikan pada SMP Terbuka dikatakan sistem belajar jarak jauh, karena dengan sistem ini siswa dapat melakukan kegiatan belajarnya jauh dari pusat penyelenggaraan pendidikan. Dengan sistem ini siswa tidak harus mendatangi pusat-pusat pendidikan melainkan pendidikan itu atau bahan-bahan pembelajarannya yang dibawa ke tempat siswa berada. Kegiatan belajar pada SMP Terbuka terdiri dari kegiatan sendiri, belajar dalam kelompok dengan bantuan Guru Pembimbing dan belajar secara tatap muka yang dipimpin oleh Guru Pembina.
Penelitian dengan masalah ini diberi judul Pelaksanaan Belajar Jarak Jauh di SMP Terbuka, memiliki tujuan utama untuk mengetahui lebih dekat tentang pelaksanaan belajar jarak jauh pada sistem pendidikan di SMP Terbuka. Penelitian dilakukan tentang studi kasus implementasi kurikulum SMP Terbuka di Plumbon Propinsi Jawa Barat. SMP Terbuka diselenggarakan untuk memberikan kesempatan belajar yang lebih luas dan lebih merata kepada anak-anak lulusan Sekolah Dasar atau yang sederajat yang berhasrat untuk melanjutkan pelajaran tetapi tidak tertampung di SMP atau Sekolah Lanjutan Pertama lainnya, karena alasan sosial ekonomi, geografis maupun teknis.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara kualitatif. Dalam hal ini peneliti mengamati beberapa orang yang terlibat pada obyek penelitian dan berintegrasi langsung dengan mereka di lapangan untuk mengetahui lebih dekat tentang pelaksanaan belajar jarak jauh tersebut. Ruang lingkup yang menjadi fokus dalam penelitian ini melibatkan berbagai komponen seperti siswa, guru pembina, guru pembimbing, modul serta fasilitas yang lainnya. Fokus materi kajiannya adalah sistem belajar dengan menggunakan modul, penguasaan materi, kedisiplinan dan kemandirian dalam belajar. Dengan sistem belajar jarak jauh siswa lebih banyak belajar sendiri atau berkelompok dan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Cara belajar demikian siswa perlu memiliki kemauan yang kuat dan disiplin yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Setiap siswa memiliki kemauan, kemampuan dan sifat yang berbeda-beda, oleh karena itu kemampuan pemahaman siswa dalam mempelajari modul berbeda pula kecepatannya.
Berdasarkan interpretasi data dapat dikemukakan bahwa sistem pendidikan SMP Terbuka dapat dilaksanakan dan ini terselenggara atas kesungguhan para pengelola dalam melaksanakan tugas-tugasnya, yang didukung oleh fasilitas yang ada pada SMP Induk, serta didukung oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat sekitarnya. Keberadaan SMP Terbuka mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak dan ini menandakan bahwa semua pihak bertanggung jawab atas kelangsungan pendidikan di daerahnya. Prestasi belajar siswanya cukup menggembirakan karena dengan belajar secara mandiri masih bisa berprestasi dengan nilai rata-rata tidak jauh berbeda dari nilai rata-rata siswa SMP biasa.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa keberadaan SMP Terbuka sangat diperlukan untuk pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan.

Rita Yuliani

KONTRIBUSI HASIL PROGRAM PENYETARAAN D2 GURU AGAMA ISLAM SD/MI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KABUPATEN PURWAKARTA
Dalam kegiatan pendidikan sebagaimana diungkapkan Ronald Brand (1993) dari hasil penelitiannya yang dimuat dalam jurnal "Educational Leadership" (Edisi Maret 1993):"Hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru, akhirnya tergantung pada guru.
Berdasarkan data yang ada di Departemen Agama tahun 1991/1992 menunjukan bahwa di Jawa Barat masih terdapat 99 % guru agama SD/MI memiliki kualifikasi SLTA (PGA). Dalam rangka meningkatkan kualitas guru agama Islam di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, mulai tahun akademik 1991/1992 Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama melaksanakan penyetaraan Diploma II guru-guru agama Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (GAI SD/MI).
Jawa barat merupakan bagian yang terpisahkan dari program penyetaraan D. II tersebut, sehingga pada tahun 1992 lebih dari 30.000 guru-guru agama SD/MI yang harus disetarakan. Purwakarta juga merupakan bagian kabupaten yang memiliki guru-guru agama SD/MI yang harus disetarakan. Berdasarkan data yang ada, sebanyak 674 guru agama SD/MI yang ada di purwakarta telah selesai mengikuti program penyetaraan D. II.
Penelitian ini dilakukan guna untuk mengungkap gambaran tentang kemampuan profesional GAI SD/MI dalam melaksanakan tugasnya setelah mengikuti penyetaraan D. II GAI SD/MI, dimana hasil analisisnya disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka statistik atau menggunakan pendekatan yang bersifat kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh GAI SD/MI yang telah mengikuti Program Penyetaraan D. II GAI SD/MI di Kabupaten Purwakarta, angkatan tahun 1991/1992 sampai dengan angkatan 1998/1999 yang terdiri dari 8 angkatan dan berjumlah sebanyak 674 GAI. Sedangkan jumlah sampel ditetapkan sebanyak 70 orang GAI atau 10 % dari seluruh total populasi.
Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan dapatlah dikatakan bahwa : Program Penyetaraan D. II GAI SD/MI memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap Kemampuan Profesional GAI yang ditandai oleh adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD/MI Kabupaten Purwakarta sebesar 4,1 %. Kontribusi hasil program penyetaraan D. II Guru Agama Islam terhadap peningkatan kemampuan profesional Guru Agama Islam SD/MI dapat digambarkan melalui persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 22.522 + 0.475X.


Yeni Rachmawati

PERANAN MUSIK DALAM PEMBENTUKAN BUDI PEKERTI
Fenomena krisis moral masyarakat di Indonesia, akhir-akhir ini dirasakan semakin menguat dan merambah ke segenap lapisan masyarakat. Menurut analisis perilaku sosial, fenomena tersebut merupakan salah satu bukti yang menunjukkan tidak terbinanya aspek rasa, budi dan ruhani masyarakat tersebut. Fenomena krisis moral ini ditandai oleh sikap ketidakpedulian terhadap orang lain, mementingkan diri sendiri, sikap agresif atau pun sikap destruktif yang tinggi dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat semakin keras atau kasar aspek rasa kemanusiaannya. Jika persoalannya adalah perilaku masyarakat yang semakin keras dan kasar, maka berbagai upaya yang dapat menghaluskan rasa, budi dan perilaku masyarakat menjadi sangat penting, karena dapat menjadi salah satu solusinya. Masyarakat Indonesia sangat membutuhkan berbagai rumusan konsep pendidikan yang dapat mengintegrasikan kembali aspek kecerdasan pikiran dan kecerdasan rasa dan sangat memerlukan beragam pemikiran dalam segi implementasinya. Musik sebagai salah satu bentuk karya keindahan, diasumsikan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Dengan musik seorang individu akan dilatih untuk peka terhadap harmoni, keselarasan, kehalusan budi dan cita rasa tinggi. Jika kita merujuk kepada sejarah Yunani kuno, musik telah dianggap mampu memberikan landasan bagi persemaian perilaku-perilaku berbudi yang utama, diantaranya keadilan.
Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimanakah peranan musik dalam pembentukan budi pekerti ?. Guna menjawab pertanyaan tersebut, dilakukan preliminary research dengan menggunakan metodologi deskriptif analitik dengan teknik delphi sebagai langkah pengumpulan data.
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang diperoleh dari para pakar musik, ditemukan pemahaman bahwa peranan musik dalam pembentukkan budi pekerti sangat kuat. Kesimpulan ini muncul berdasarkan analisis sejarah dan analisis mekanisme terjadinya perilaku. Musik memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap fisik dan mental individu serta karakter masyarakat. Secara garis besar peran musik dalam pembentukan perilaku adalah sebagai basic character building atau dengan kata lain musik berperan sebagai pondasi dalam pembentukan budi pekerti, pembentuk perasaan moral dan pembentuk perilaku keadilan, cinta kasih dan kelemahlembutan. Musik dan budi pekerti memiliki keterkaitan yang kuat dalam prinsip keindahan, prinsip harmoni, dan prinsip ukuran dan proporsi. Dunia pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini hendaknya mulai mencermati fenomena ini dan mulai memilih serta memanfaatkan musik sebagai bagian dari program-program pembelajaran. Karena dengan mendengarkan, mengapresiasi dan menikmati musik, dapat memberikan dampak potensial yang cukup besar dalam membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

NENENG AMIARTI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MEDIA INTERAKTIF DI SEKOLAH DASAR
Pelajaran matematika umumnya diajarkan dengan pendekatan yang beorientasi kepada guru. Padahal idealnya pelajaran disampaikan dengan pendekatan yang berpusat pada siswa. Dengan pendekatan student centered siswa akan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan pembelajarannya pun menjadi lebih bermakna.
Media interaktif dipandang sebagai salah satu alternatif solusi dalam memperbaiki kualitas proses pembelajaran matematika. Sehingga pada penelitian ini penulis mengembangkan suatu model pembelajaran dengan media interaktif. Media interaktif dalam penelitian ini adalah media pembelajaran dengan menggunakan komputer yang disajikan dalam bentuk CD-Rom dengan konsep edutainment. Adapun fokus permasalahannya adalah bagaimana mengembangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan media interaktif.
Metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah Penelitian dan Pengembangan. Model yang dihasilkan adalah model hipotetik dan kesimpulannya tidak bersifat generalisasi karena tahap penelitian dan pengembangan yang dilakukan baru sampai pada tahap ke-7. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas 5 sekolah dasar pada tahun pelajaran 2003/2004. Adapun langkah-langkah penelitian pengembangan model media interaktif ini terdiri atas 3 tahap, yakni: Studi Pendahuluan, Perencanaan dan Penyusunan Model, dan Uji Lapangan Model. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yakni: kuesioner, wawancara, observasi dan tes. Data yang dikumpulkan dianalisis secara semi kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif (statistika deskriptif).
Dari hasil Studi Pendahuluan terlihat guru kurang sering menggunakan media. Padahal media sebagai alat bantu sangat penting dalam pembelajaran matematika. Media bisa meng-kongkritkan pelajaran yang bersifat abstrak.
Hasil Perencanaan dan Penyusunan Model menunjukkan bahwa walaupun CD yang dibuat masih memiliki kelemahan dari sisi materi dan penyajian soal namun secara umum tampilannya cukup menarik dan membangkitkan minat siswa. Hal ini terbukti dari hasil Uji Coba di lapangan, baik dari sisi proses maupun hasil tes. Siswa cukup aktif dan sangat antusias belajar dengan model media interaktif ini. Dan hasil perbandingan posttest dan pretest menunjukkan perbedaan yang signifikan
Berdasarkan hambatan dan dukungan terhadap penelitian ini dapat disimpulkan, melalui pendekatan media interaktif terdapat peningkatan pada pembelajaran matematika baik pada proses pembelajaran maupun pada hasil belajar

ISMA WIDIATY

PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN MANAJEMEN QALBU BERDASARKAN TRANSFORMASI NILAI-NILAI EMOTIONAL DAN SPIRITUAL QUOTIENT DI PESANTREN DAARUT TAUHIID BANDUNG
Penelitian ini berkenaan dengan pengembangan kurikulum pelatihan Manajemen Qalbu yang didasarkan atas transformasi nilai-nilai Emotional dan Spiritual Quotient. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikiran mengenai pentingnya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) , baik tingkat pengetahuannya, keterampilannya, dan kepribadiannya yang memiliki moralitas tinggi, jujur, taat kepada agama serta memiliki hati yang bersih (Qalbun Salim). Upaya peningkatan kualitas Sumber daya Manusia melalui pelatihan Manajemen Qalbu diperlukan sebagai upaya mengantisipasi perubahan yang terus menerus dan ketidakpastian yang menuntut manusia dapat "survival" dan sukses dalam kehidupan, bukan hanya terletak pada keceradsan intelektual api ternyata lebih ditentukan oleh kemmapuan mengelola diri yang disandarkan pada nilai-nilai transedental.
Berdasarkan pemikiran tersebut, muncul permasalahan yaitu bagaimana mengembangkan kurikulum pelatihan manajemen Qalbu yang mampu membekali tidak hanya aspek intelektual, tapi juga aspek emosional dan spiritual yang betitik tolak dari kekuatan dan kelemahan yang ada pada kurikulum Pelatihan Manajemen Qalbu di pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Atas dasar itu, penelitian ini bertujuan : 1) menemukan kekuatan dan kelemahan kurikulum Pelatihan Manajemen Qalbu di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, 2) mengkaji penerapan hasil penilaian kebutuhan dalam perencanaan kurikulum , 3) menemukan model pelatihan manajemen Qalbu beradsarkan transformasi nilai-nilai Emotional dan Spiritual Quotient. Metode ini dilakukan dengan metode Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) untuk mendapatkan model kuikulum pelatihan manajemen Qalbu beradsarkan transformasi nilai-nilai Emotional dan Spiritual Quotient. Pransip metode ini adalah menyusun draft model kurikulum, mengujicobakan di alapnagan, dan menyempurnakan draft tersebut beradsarkan data dari lapngan.
Secara umum ditemukan bahwa kurikulum pelatihan manajemen Qalbu di Pesantren Daarut tauhiid Bandung mengandung beberapa kealuatan dan kelemahan. Kekuatan tercermin dari substansi kurikulum dan manajemen kurikulum yang sesuai dengan konsep dasar manajemn qalbu. Sedang kelemahannya ditunjukkan oleh metodologi pelatihan yang belum sesuai dengan konsep pendidikan orang dewasa (andragogy) serta konsep evaluasi outcome sebagai dampak pelatihan yang dirasakan peserta di luar arena pelatihan.
Pengembangan kurikulum ini dilakukan dengan mengacu pada temaun-temuan tersebut.
Sangat disadari bahwa penelitian ini mengandung banyak keterbatasan . Karena itu, sangat diharapkan adanya penelitian lanjutan agar model kurikulum pelatihan manajemen Qalbu berdasarkan transformasi nilai-nilai Emotional dan Spiritual Quotient dapat dimplementasikan secara optimal dan sekaligus dapat digunakan sebagai media yang efektif dalam meningkatkan kualitas simmbe daa manusia melalui pelatihan di lembag-lembaga pelatihan lainnya.

SULISTYO SETIAWAN

PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN HOLISTIK MATA PELAJARAN SENI RUPA UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA SLTP
Peradaban sedang dan akan terus bergerak. Pergerakan itu rupanya membawa dampak positif dan negatif terhadap masyarakat termasuk pribadi-pribadi yang ada di dalamnya, dan juga jagat yang mengitarinya. Saat ini terdapat sejumlah besar manusia dengan kekuatan dan kekuasaannya sedang berupaya menghancurkan dan merusak biosfer. Semua itu dilakukan karena mereka tidak lagi bekerja secara etis dan dengan kepekaan spiritual. Selain itu, praktek-praktek pendidikan juga cenderung menitikberatkan pada pengembangan aspek kognitif, termasuk bidang seni rupa sehingga semakin menciptakan manusia cerdas tetapi tidak arif, dan menjebak siswa di dalam keterasingan dan melarikan diri ke tindakan kriminalitas.
Padahal pendidikan yang benar dan sejati sesungguhnya tidak sekedar memicu kecerdasan otak, tetapi sekaligus juga kecerdasan emosional dan spiritual bagi tumbuhnya kearifan sosial. Salah satu media ampuh untuk mencapai tujuan pendidikan sejati itu adalah mata pelajaran seni rupa yang dilandasi oleh pendidikan holistik yang menjunjung tinggi dimensi tertinggi manusia yakni spiritualitas.
Pokok-pokok pikiran tersebut terdahulu mengimplikasikan perlunya dilakukan penelitian dan pengembangan pendidikan seni rupa di sekolah dengan judul PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN HOLISTIK MATA PELAJARAN SENI RUPA UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA SLTP.
Kurikulum dan pembelajaran tersebut setelah mengalami tahapan validasi oleh pihak-pihak yang memiliki kepakaran dan kompetensi yang sesuai dengan kajian penelitian ini dan juga telah diujicobakan ke tiga SLTP dapat disimpulkan bahwa ketercapaiannya tinggi, sehingga dapat direkomendasikan kepada pihak Departemen Pendidikan Nasional propinsi Jawa Barat, para guru mata pelajaran seni rupa di SLTP, dan para peneliti pendidikan seni rupa agar dapat diterapkan dan diujicobakan lebih lanjut yang akan berguna untuk penyempurnaannya.